Makam Raja Sultan Hurudji
Makam ini terletak di Desa Modelomo Kecamatan Tilamuta, Provinsi GorontaloSultan
Hurudji merupakan Raja Pertama Boalemo yang dinobatkan pada tahun 1607 M
atau sekitar abad ke 16 silam. Makam Sultan Hurudji adalah makam tua
yang sudah hadir sejak zaman kolonial Belanda. Dan nama Sultan Hurudji
sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Boalemo. Raja pertama
Boalemo ini bernama lengkap Raja Hurudji Bin Idrus Andi Mappanyuki. Dan
makamnya berada di dalam sebuah mesjid megah. Siapa pun yang datang ke
lokasi makam, pasti kaget dengan kemegahan yang ada. Di depan mesjid
tertulis Makam Raja Hurudji Bin Idrus Andi Mappanyuki (1604-1686)
Pembuka / Pendiri Wilayah Boalemo, Tilamoeta-Gorontalo “Olongia Lolipu”.
Dilihat dari tulisan dan jenis huruf yang ada, ini sudah ada sejak
dulu.
Konon menurut sejarah asal usulnya, pada abad 16 silam, ada
sebuah pulau ditemukan rombongan pedagang ketika berlabuhnya perahu
besar yang dikenal Jarangga. Rombongan ini dinahkodai Idrus Andi Is
Mapanyuki yang tidak lain orang tua Raja Hurudji yang sempat mengarungi
perdagangan menuju Kepulauan Ternate. Dalam rombongan para pedagang itu
ikut pula sang isterinya, Zaenab Sultan Babullah bersama empat orang
putranya, masing-masing Hurudji yang lahir 1578 M, Mauhe lahir sekitar
1579 M, Humongio lahir 1580 M dan Hutudji lahir 1582 M.
Pulau yang
ditemukan oleh rombongan pedagang ini adalah kawasan pantai dengan
keberadaan daratannya yang subur dipenuhi jenis tanaman dan pohon jeruk
suanggi. Tumbuhan ini hidup dengan lebat dan buah yang melimpah.
Sehingganya oleh Idrus Andi Is Mapanyuki yang merupakan salah seorang
putra Bone, Sulawasi Selatan itu menyebutnya sebagai buah jeruk.
Karena
dalam perjalanan rombongan pedagang ini sempat menuai hambatan badai
angin serta ombak yang kencang. Maka mereka terpaksa berlabuh dipantai
pada pulau yang dikenal subur ini. Rombongan segera mendirikan pemukiman
dan membuka lahan. Karena sudah cukup lama bermukim dan memenuhi
kehidupannya di wilayah pantai tersebut, oleh Andi Is Mapanyuki kemudian
menyebutnya daratan itu dengan nama Boalemo sejak abad 16.
Asal mula
kata Boalemo ini diambil dari Bahasa Bone dengan alasan wilayah ini
ditemukan oleh orang-orang Bugis Bone. Sementara dalam bahasa Bugis
sendiri, kata Boalemo dibagi dalam dua kata, yakni Boa yang
artinya buah dan Lemo berarti Lemon.
Setelah daratan pantai yang
ditumbuhi pepohonan dan buah jeruk sudah dikenal wilayah Boalemo, maka
saat itu pula mulai ramai dikunjungi oleh orang-orang dari berbagai
macam suku bangsa. Meski demikian yang paling dominan adalah Suku Bugis
dan Suku Ternate. Seiring dengan waktu bertambahnya para penduduk, maka
dibentuklah sebuah kerajaan Boalemo. Ini dapat ditandai lewat peringatan
upacara agama seperti lebaran Islam dan upacara serah terima jabatan
bupati, camat (Waleya Lo Lipu) yang berpusat di Tilamuta.
Demikian
halnya dengan kebiasaan penyambutan tamu (Motombulu Lo Lipu) ikut
menggelar suksesi adat. Menariknya suksesi adat ini dilaksanakan dengan
cara mengantar bupati bersama camat yang baru saja dilantik dan diarak
dari rumah kediaman bupati dan camat (Yiladiya) menuju Masjid Jami
sambil diselingi musik berupa Tambur (Towahu) atau oleh masyarakat
Gorontalo dikenal dengan Hantalo, dihadiri para pemangku adat (Baate)
dan prajurit (Apita Lau).
Prosesi adat ini konon ikut digelar saat
pengangkatan Sultan Hurudji ketika dinobatkan menjadi raja pertama kali
di Boalemo pada tahun 1607 M yakni abad ke 16 silam. Selama
kepemerintahan Sultan Hurudji ini, wilayah Boalemo semakin maju dan
terus mengadakan kerja sama dengan sejumlah wilayah seperti Ternate dan
daerah lainnya. Bahkan semasa hidupnya, Sultan Hurudji ini sempat tiga
kali menunaikan ibadah haji bersama sang isteri dan membawa anak yang
pertama bernama I Djawa dengan menggunakan perahu Jarangga hasil buatan
empat bersaudara.
Raja Hurudji beserta isterinya, Tawila wafat pada
tahun 1686 M yang saat itu bertepatan hari Jumat secara bersamaan dan
hanya dibedakan oleh waktu. Keduanya dimakamkan di atas sebuah bukit
kecil yang kini nampak megah ini. Makam ini terletak di Desa Modelomo
Kecamatan Tilamuta atau tepat berada di tepi jalan ketika hendak menuju
Pelabuhan Perikanan. Posisi makam Raja Sultan Hurudji berada di dalam
mesjid.
Sebenarnya, makam ini tidak berada dalam masjid jika melihat
sejumlah arsip akhir tahun 2006. Artinya, masjid sengaja dibangun di
lokasi makam agar nampak bahwa makam tersebut berada dalam masjid dan
untuk melindungi makam ini, agar sejarahnya tak akan lapuk oleh zaman.
Dan Sejarah kerajaan Boalemo ini dijadikan dasar oleh pemerintah ketika
menggagas terbentuknya Kabupaten Boalemo yang pisah dari Kabupaten
Gorontalo.
Keberadaan makam ini, telah di renovasi pada tahun
1998-1999, yakni pada saat Gorontalo masih tergabung dalam wilayah
Provinsi Sulawesi Utara di era pemerintahan Gubernur Sulut E.E.
Mangindaan dan Wakil Gubernur Prof. DR. H.H.A. Nusi. Perbaikan makam
sultan hurudji kembali dilaksanakan pada tahun 2001, setelah Provinsi
Gorontalo resmi berdiri. Saat itu, bantuan renovasi oleh pejabat
Gubernur Gorontalo, H. Tursandi Alwi melalui Dinas Perhubungan dan
Parpostel Provinsi Gorontalo pada proyek APBD Provinsi Gorontalo tahun
anggaran 2001-2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar